Suku Houthi adalah suku besar yang berasal dari provinsi Saada di barat laut Yaman. Mereka mempraktikkan Syiah aliran Zaydi.
Gerakan Hutsi menarik pengikut Syiah Zaidi-nya di Yaman dengan mempromosikan isu-isu politik agama regional di medianya, termasuk konspirasi AS-Israel dan "kolusi" Arab. Pada tahun 2003, slogan Hutsi "Allah Mahabesar, kematian bagi AS, kematian bagi Israel, kutukan orang Yahudi, dan kemenangan bagi Islam", menjadi slogan kelompok itu Petinggi Hutsi, bagaimanapun, telah menolak penafsiran harfiah dari slogan tersebut.
Sasaran-sasaran gerakan ini termasuk memerangi keterbelakangan ekonomi dan marginalisasi politik di Yaman sambil mencari otonomi yang lebih besar untuk wilayah mayoritas Houthi di negara itu. Mereka juga mengklaim mendukung republik non-sektarian yang lebih demokratis di Yaman. Kaum Hutsi telah menjadikan pemberantasan korupsi sebagai inti dari program politik mereka.
Hutsi mengambil bagian dalam Revolusi Yaman 2011 dengan berpartisipasi dalam protes jalanan dan dengan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok oposisi lainnya. Mereka bergabung dengan Konferensi Dialog Nasional di Yaman sebagai bagian dari inisiatif Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menengahi perdamaian setelah kerusuhan. Namun, Hutsi kemudian akan menolak ketentuan kesepakatan GCC November 2011 yang menetapkan pembentukan enam wilayah federal di Yaman, mengklaim bahwa kesepakatan itu tidak secara mendasar mereformasi tata kelola dan bahwa federasi yang diusulkan "membagi Yaman menjadi wilayah miskin dan kaya". Hutsi juga khawatir kesepakatan itu merupakan upaya terang-terangan untuk melemahkan mereka dengan membagi wilayah-wilayah di bawah kendali mereka di antara wilayah-wilayah yang terpisah. Pada akhir 2014, Hutsi memperbaiki hubungan mereka dengan mantan presiden Ali Abdullah Saleh, dan dengan bantuannya, mereka mengambil alih ibukota dan sebagian besar wilayah utara
Amerika Serikat kembali melancarkan serangkaian serangan udara ke beberapa wilayah
di Yaman yang kini dikuasai milisi
Houthi pada Rabu (17/1).
Dua pejabat AS mengatakan kepada CBS News gempuran terbaru ke
Yaman ini merupakan balasan atas serangan drone Houthi yang
menghantam kapal kargo komersialnya di Teluk Aden pada Rabu malam
waktu setempat.
Seorang pejabat AS menuturkan AS menggunakan rudal Tomahawk untuk
menargetkan setidaknya 14 pelontar rudal dan roket Houthi. AS
meyakini alutsista tersebut telah digunakan Houthi untuk menyerang
berbagai kapal komersial yang melintas di Laut Merah.
Dikutip CNN, pejabat AS menuturkan Angkatan Laut AS menembakkan
rudal-rudal Tomahawk dari kapal perang USS Florida dan sebuah kapal
selam.
Sementara itu, dikutip Reuters, melalui pernyataan, militer AS
menuturkan sebuah drone diluncurkan dari wilayah yang dikuasai
Houthi di Yaman dan menghantam kapal komersial AS yang sedang
berlayar di Teluk Aden.
US Central Command melaporkan tidak ada korban atau kerusakan imbas
serangan Houthi tersebut.
"Kapal M/V Genco Picardi adalah kapal berbendera Kepulauan Marshall
milik AS dan beroperasi sebagai bulk carrier ship," bunyi pernyataan
US Central Command melalui X.
Ini tampaknya serangan pertama Houthi yang berhasil menargetkan
aset militer AS sejak milisi itu menyerang kapal-kapal komersial di
Laut Merah sekitar pertengahan November lalu.
Houthi menegaskan tak gentar dengan gempuran AS yang dibantu
Inggris ini. Kelompok tersebut bersumpah akan terus melancarkan
serangan di Laut Merah terutama terhadap kapal-kapal yang dinilai
terkait Israel.
Sejak Israel menggempur Hamas di Jalur Gaza Palestina, Houthi
ikut-ikutan melancarkan serangkaian serangan ke negara Zionis itu
termasuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Houthi mengatakan serangan ke Israel dan sekutunya ini ditujukan
demi membela Palestina yang masih digempur secara brutal oleh
Israel.
No comments:
Post a Comment